KapalVan Der Wijck tenggelam pada 1936 diantara Surabaya dan Semarang, dari peristiwa ini ditulis sebuah novel cinta oleh seorang penulis hebat iaitu Haji Abdul Malik bin Karim bin Amrullah atau HAMKA. Hasilnya sebuah novel yang super best seller berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan kemudiannya diadaptasikan kepada Filem pada 2013.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Film yang diputar pada akhir tahun 2013 ini membuat hati saya terkagum-kagum akan keindahan bahasa yang dituturkan. Setting daerah dan adat yang khas, suguhan alam yang tepat dan penokohan yang begitu sesuai dengan aslinya membuat kita bisa turut langsung merasakan suasananya. Film yang diperankan oleh Herjunot Ali sebagai Zainuddin dan Pevita Pearce sebagai Hayati ini cukup banyak membuat saya takjub terutama pesan-pesan moral yang dari keresahan seorang Pemuda, yang sangat ingin mengetahui tentang asal-usul keluarganya. Seorang anak yatim piatu, yang dari lahirnya telah ditimpa oleh kemalangan. Tentang, kisah seorang pemuda yang terbuang, diasingkan oleh tanah kelahirannya sendiri. Lalu, dia mulai menelusuri jejak-jejak sang Ayah. Mencari tau kabar sanak saudara. Memperbaiki hubungan keluarga yang hampir yang berlatar belakang pada tahun 1930-an ini adalah film yang bergenre romance dan religi. Zainuddin, pun memulai perjalanannya menuju Padang, Batipuah. Selain untuk mencari tau asal usul keluarga, Zainuddin juga ingin memperdalam ilmu agamanya. Lalu kemudian tidak sengaja dipertemukan dengan seorang gadis Desa yang terkenal akan keindahannya, cantik rupa dan akhlak, Hayati, begitulah orang memanggilnya. Semenjak pertemuan perdana, Zainuddin dan Hayati ini rupanya saling mengagumi satu sama lain. Lewat tatapan mata, mereka saling mengirim sinyal tanda rasa syukur kepada Tuhan, Takjub, akan keindahan Ciptaan-Nya. Hayati, kecantikan ciptaan alam. Sopan dan lembut tutur katanya. Namun, diapun seseorang yang bernasib sama dengan Zainuddin, yaitu yatim piatu. Dibesarkan oleh pamannya yang sekaligus menjadi ketua Adat di wilayahnya. Hayati, hanya bisa tunduk dan patuh oleh segala aturan dari pamannya itu. Apapun akan dilakukan sebagai bentuk balas berkenalan, Zainuddin dan Hayati semakin akrab. Mulai menunjukkan betapa mereka memang saling mengagumi satu sama lain. Berkabar melalui sepucuk surat. Surat yang sangat berharga, surat yang sangat dinanti. Zainuddin begitu mencintai Hayati, karena hanya dialah seseorang yang tetap setia berkawan dengannya, disaat yang lain membatasi diri. Hanya Hayati lah yang mampu menemani disaat suka maupun luka dan mampu menghargai sekecil apapun pengorbanan segala pengharapan, Zainuddin memilih seorang Hayati untuk menceritakan semua hal. Tentang kekecewaan seorang pemuda yang tidak jelas keturunannya. Pemuda yang hatinya bersih karena dicuci oleh air mata penderitaan sejak lahir bahkan tentang rasa, Zainuddin menyatakan telah jatuh hati kepada Hayati lewat sebuah kalimat indah "Hanya satu pintaku, jangan pernah kecewakan hati yang berlindung kepadamu, Aku mencintaimu".Mendengar hal ini, sang Paman pun murka. Seperti aturan yang dibuatnya sejak dulu, tidak ada seorang lelaki Batipuh yang bisa meminang Hayati termasuk Zainuddin. Maka, diusirlah Zainuddin dari negeri Batipuh, untuk menghindari fitnah dan memadamkan amarah sang Paman. Mengetahui hal ini, Hayati pun memohon, untuk mengurungkan niat Pamannya itu. Namun, Hayati tidak bisa berbuat apapun, aturan tetaplah aturan. Untuk kesekian kalinya, dia masih harus kalah oleh aturan sang perjalanannya, Hayati menemui Zainuddin. Mengucapkan salam perpisahan. Menguatkan, bahwa cinta itu tidak melemahkan dan membuat putus asa. Mengutarakan tentang hati yang telah dipenuhi cinta kepada Zainuddin. Membuat sumpah yang begitu berat. Berjanji akan tetap suci dan menunggu kedatangan Zainuddin kembali untuk meminangnya. Lalu, memberikan azimat berupa selendang sebagai tanda mata sekaligus penyemangat bagi pun berangkat dengan harapan baru yang sebelumnya hampir sirna. Bersama segala sumpah dan selendang yang dia genggam erat dari seorang Hayati. Meninggalkan negeri Batipuh menuju Padang Panjang melanjutkan tujuannya untuk belajar Agama. 1 2 3 Lihat Film Selengkapnya
MovieReview: Tenggelamnya Kapal van der Wijck 1. INTRO STORYLINE 5 REASONS WHY YOU SHOULD WATCH IT 2. ā¢Soraya Intercine Films (Dec 2013) ā¢Genre: Romance ā¢Duration 165 minutes ā¢Director: Sunil Soraya ā¢Producers: Ram Soraya, Sunil Soraya ā¢Screenwriters: Imam Tantowi, Donny Dhirgantoro ā¢Cast: Herjunot Ali, Reza Rahadian, Pevita Pearce, Randy "Nidji" ā¢Minang, Makassar, Malay
A Review on Tenggelamnya Kapal van der Wijck Orientation tells the background information of the movie Tenggelamnya Kapal Vtm der Wijck Social Function The Sinking of the Van der Wijck To critique artworks is a 2013 Indonesian romantic films, novels, songs, drama film directed by Sunil Soraya TV shows or movies and written by Imam Tantowi and for a public audience Dhony Dirgantoro. The film casts Pevita Pearce, Herjunot Ali and Reza Rahadian as the main leads. The movie is based on Hamka's novel, Tenggelamnya Kapal van der Wijck 1939, and it was released at theaters on 19 December 2013. The film takes the theme of love and culturalr conflict in 1930s. Social function To critique artworks films, novels, songs, TV shows or movies for a public audience. Interpretative recount tells the plot/ synopsis/summary of the story The story begins when Zainuddin Herjunot Ali, a young man of Minang descent who has lived and grown up in Makassar, goes to Batipuh, Tanah Datar, West Sumatra, to visit his father's birthplace and deepen his spirituality. Zainuddin's arrival is not welcomed by the 4. villagers due to his family background. Zainuddin's father who came from Minang married his mother who came from Bugis, Makassar. Minang people still held to the maternal lineage firmly. However, Zainuddin determinedly decides to stay in Batipuh and he is more determined after meeting .. a beautiful girl named Hayati Pevita Pearce. This triggers violent obstacles from the villagers and Zainuddin is forced to leave Batipuh. Before leaving, Zainuddin and Hayati promise to love each other and Hayati promises to wait for Zainudin. The problem becomes worse when Hayati is proposed to by a wealthy man of pure Minang descent, Aziz Reza Rahadian. Forced by her family, Hayati accepts the proposal, breaking her promise to Zainuddin. Feeling broken-hearted, Zainuddin leaves Minang and ventures to Java Island. With his talent as a writer, Zainuddin gains fame as well as fortune. Meanwhile, destiny makes Zainudin and Hayati meet once again. At a book-launching, Zainuddin meets Hayati as Aziz's wife. This time, the wheel of fortune turns around. Aziz loses his money and properties due to gambling. Aziz and Hayati come to Zainuddin's big house to borrow some money and ask for a temporary shelter. Zainudin grants the request. Feeling ashamed, Aziz commits suicide and gives up on Hayati. Although Zainudin loves Hayati, he rejects her because Hayati had broken their promise. Zainudin sends her back to Padang on a royal ship, the Vtm der Wijck. Unfortunately, on the way to Padang, the ship sinks together with Hayati, leaving Zainuddin with the pain of Hayati's death. Zainudin continues living in deep remorse. Language elements The simple present tense Compound sentences Complex sentences compound complex sentences Evaluation states the judgment, opinions about the director,performances of the main actors, the plot, the theme, the dialogues and comparison with another similar artworks. It may consist of more than one paragraph. Unlike the novel, the screen of Tenggelamnya Kapal Vtm der fails to dig deeper on the morals. The film merely expresses a universal lesson. It's a story of a man who to achieve success from his failure and sorrow. In the novel, Buya Hamka criticised a lot about the Minang customs and tradition. The film lacks of criticism about Minang old customs and tradition. Despite the shallowness Minang customs in the movie, Herjunot Ali succeeded in play role of Zainudin. His performance as charming as that in Di Bawah Lindungan Ka'bah, a similar theme film by the same author. Evaluative summation states final opinions about, recommendation and appraisal or punch line of the movie OveraLl, Tenggelamnya Kapaz l Van summation der Wijck is an excellent Indonesian movie portrays the scenic panorama of Minang Land. The sweet original soundtrack from Nidji, such as "Nelangsa" and "Terusir", make the film unforgettable. This is a worthwhile film to see. Recommendation to see the film Appraisal for the film Complete these sentences with information you get from the previous review in pairs. The genre of the film is ....
nontonfilm tenggelamnya kapal van der wijck 2013, 6 tenggelamnya kapal van der wijck sebuah review my, download gratis novel tengelamnya kapal van der wijk, der wijck blog, review tenggelamnya kapal van der wijck cinetariz, ringkasan tenggelamnya kapal van der wijck blog 5 / 6. danriris, indah mitalita resensi novel tenggelamnya kapal
Kalau nggak direkomen ama Agam, kayaknya saya nggak akan punya niatan untuk nonton film yang ternyata bagus ini. Film ini berlatar tahun 1930-an. Alkisah seorang pemuda bernama Zainuddin Herjunot Ali. Ia terlahir dari ayah yang berdarah Minang dan ibu berdarah Makassar. Sepanjang hidupnya Zainuddin besar di Makassar. Sepeninggal ayah dan ibunya, Zainuddin ingin melihat tanah kelahiran ayahnya di Batipuh, Sumatera Barat. Keluarga Zainuddin di Makassar sempat khawatir kalau Zainuddin tidak akan diterima baik oleh keluarga ayahnya di sana. Karena menurut adat Minang yang berpatok pada garis keturunan dari ibu, maka Zainuddin adalah orang Makassar, bukan lagi orang Zainuddin bersikeras ingin melihat ranah Minang karena ingin sekalian belajar agama di sana. Ternyata benar, ia kurang diterima baik oleh orang-orang di kampung ayahnya. Ia tidak dianggap sebagai orang Minang. Ia kerap dikucilkan dan tak punya teman. Namun Zainuddin dapat menahan itu semua karena hatinya telah terpaut dengan Hayati Pevita Pearce sang kembang desa di Batipuh. Cintanya bersambut dan mereka rajin berkirim surat. Namun lagi-lagi darah Minang di Zainuddin tidak dianggap. Sehingga paman Hayati melarang kisah cinta mereka dan mengusir Zainuddin dari Batipuh. Hayati berjanji setia menunggu Zainuddin. Namun kesetiaan Hayati diuji ketika ia dijodohkan dengan Aziz Reza Rahadian yang tampan, kaya, dan berdarah Minang asli⦠Yang saya suka dari film ini+ Film ini gambarnya baguuuuuuuuuus! Jujur, saya tuh awalnya pesimis waktu dulu tahu film ini disutradarai oleh salah satu geng bos-bos sinetron, yakni Sunil Soraya. Tapi ternyata filmnya baguuuuuuuus.+ Bisa dibilang setengah awal film ini berdialog dengan bahasa Minang. Dan saya suka hal itu karena jadi benar-benar terasa konflik kedaerahannya.+ Ada yang bilang dialognya sinetron banget. Justru menurut saya di tahun segitu, memang begitulah cara orang berdialog. Dan sepertinya film ini menuruti dialog yang ada di buku aslinya karya sastrawan Minang, Buya Hamka. Karya sastra lama dari Minang memang banyak pakai bahasa Melayu tinggi. + Oiya film ini diangkat dari buku berjudul sama. Penulisnya orang Minang, tapi kritik tentang budaya Minang bertebaran di buku ini. Saya sebagai perempuan berdarah setengah Minang bisa mengangguk-angguk setuju dengan kritik yang disampaikan. + Film ini jalan ceritanya sedih. Jadi kalau kalian baru putus, ditinggal nikah, ditolak cinta karena miskin, jangan nonton film ini, ya.+ Salut untuk beberapa adegan yang diperankan secara gemilang oleh Herjunot. Apalagi adegan ketika dia marahin Hayati. Rentetan dialognya berhasil bikin saya ngebatin mampus luh, Hayati!ā Sampai sekarang saya masih suka cari cuplikan adegan itu di Youtube untuk saya tonton berulang kali.+ Untuk beberapa adegan set dan propertinya bagus banget. Ada beberapa mobil kuno yang masih bagus pula kondisinya buat dipakai balapan. Jarang ada film Indonesia yang mau invest dan repot nyari properti sampai segitunya. Tapi bisa juga mobil itu koleksi sang pemilik film sih Yang saya kurang suka dari film iniā Duh, Pevita aktingnya nggak pas banget deh di film ini. Dia terlihat terlalu bule untuk jadi perempuan Minang. Udah gitu aktingnya biasa aja. Padahal dia banyak memegang peran penting agar suatu adegan bisa kerasa sedihnya. Tapi yaā¦.gitu di akhir-akhir film pas dia melek lagi dari setelah dari kapal van der Wijck malah kerasa Eh kok melek lagi? Mau main cilukba ya kamu?āā Untuk pertama kalinya saya melihat akting Reza Rahadian biasa aja dan nggak total. Tapi saya masih ber-positive thinking kalau dia begitu karena nggak pengen outshine Herjunot sang aktor utama. ā Figurannya nggak bagusā Meski Herjunot terlihat ganteng banget pake jas di film ini, tapi model jasnya itu nggak sesuai dengan eranya. Setahu saya jas di era itu modelnya panjang sampai setengah paha. Bukan jas pas body model zaman sekarang. Harusnya Junot pakai jasnya kayak Reza gitu. Jas panjang dan celananya agak lurus gombrong, bukan skinny pants. ā Baju-bajunya Hayati juga salah era. Harusnya 1930 itu jazz era. Bajunya itu slim dress dengan minim motif. Sedangkan yang dipakai Hayati kebanyakan baju keliatan ketek dengan motif retro tahun 1970an. Baju era 1930-an Baju yang dipakai Hayati -__- Daaaaaan di era itu ngetrendnya rambut pendek kelihatan tengkuk. Sedangkan Hayati rambutnya lurus digerai yang entah gimana malah membuat ia terlihat lusuh di era yang orang-orangnya pada klimis itu. ā Kayaknya film ini bayar mahal Nidji untuk bikin original soundtrack OST. Sayangnya menurut saya OST-nya yang modern terdengar nggak matching dengan film nuansanya jadul. Mana diulang-ulang mulu chorusnya di film ini. Malah jadi ganggu dan jomplang. Padahal kalau OST itu dibuat versi instrumental biola terus di-insert di film aja cukup sih.ā Posternya jelek. Rate 4 out of 5Saya nonton film ini di Netflix Ini trailernyaā¦.
ReviewFilm. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Extended (Review) Badia Tarigan Silangit. Halo pembaca setia blog badia, hari ini badia mau share sedikit tentang film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, awal mula melihat poster film ini badia pikir filmnya seperti film Titanic, ada satu orang cewek yang disukai oleh dua orang pria, trus tiba-tiba
Directed by Sunil Soraya Produced by Sunil Soraya, Ram Soraya Written by Imam Tantowi, Donny Dhirgantoro, Riheam Junianti, Sunil Soraya screenplay, Buya Hamka novel, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Starring Herjunot Ali, Pevita Pearce, Reza Rahadian, Randy Nidji, Gesya Shandy, Arzetti Bilbina, Kevin Andrean, Jajang C Noer, Niniek L. Karim, Femmy Prety, Dewi Agustin, Rangga Djoned, Fanny Bauty Music by Stevesmith Music Production Cinematography by Yudi Datau Editing by Sastha Sunu Studio Soraya Intercine Films Running time 163 minutes Country Indonesia Language Indonesian Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck is one of Indonesian movie released in 2013 on the theme of love and cultural conflict in 1930ās. The story begins when a young man of Minang descent who lives and grows in Makassar, Zainuddin Herjunot Ali go to Batipuh, Tanah Datar, West Sumatra, in order to know the birthplace of his father and deepen his religious knowledge. Zainuddinās arrival was not well received by the villagers because of the history of the Zainuddinās descendantāwhose father comes from Minang marry his mother who comes from Bugis. At that time, the structure of Minang people manages the ancestry from maternal lineage. However, Zainuddin strengthens his heart to remain in Batipuh, especially when he met a beautiful girl named Hayati Pevita Pearce. After that, they fall in love and Zainuddinās descendant was again being the obstacle of their romance. Zainuddin was forced to leave Batipuh because their relationship deemed unfit. However, Zainuddin and Hayati promised to love each other. The problems get bigger when Hayati proposed by a wealthy man of pure Minang descent, Aziz Reza Rahadian. Forced by her family, Hayati accepts the proposal and breaks her relationship with Zainuddin. Zainuddin chooses to leave Minang island and ventured to Java island after his heart had been broken by Hayati. With his talent as a writer, Zainuddin managed to gain fame as well as material happiness. Meanwhile, the destiny between Zainuddin and Hayati did not necessarily stop. Inadvertently, Zainuddin again met with Hayati who has now become the wife of Aziz. As might be expected, their turbulent love then started burning again. This movie is remarkable because each part of the story is described so smoothly. The characters of this movie successfully deliver a deep emotion to the audience. As usual, Reza Rahadian plays impeccably. When Herjunot Ali and Pearce Pevita still seen trying hard to turn their character, Reza Rahadian appears so easy in the figure of Aziz. Pevita Pearce also successfully demonstrated with good acting skills. Although the character of Hayati still feels not so ripe, Pevita capable of displaying the figure of the girl who lived in the 1930ās with the problem of conflict between tradition and her romance with a performance that will be able heartbreaking. However, the strongest performance in Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck clearly comes from Herjunot Ali. Herjunot managed to give a pretty deep emotional touch to his character, reciting poetic dialogues given to his character well and makes the character Zainuddin was so easy to get the sympathy from the audience. Other acting appearances were quite a surprise present from Randy Nidji who recently made his acting debut through, but managed to give the appearance that is so convincing. I recommend this movie because of its epic classy romance which is so hard to find in Indonesianās movie in recent years. I give four stars to this movie. You have to watch this!
Filmini secara keseluruhan bagus banget jadi kejelekannya termaafkan dan bahkan hampir tidak disadari. Salah satu saran yang mungkin bisa lebih membangun hanya kemampuan menampilkan efek visual Kapal van der Wijck. Sepertinya di extended version dibuat lebih gelap dan lebih bagus meskipun tetep keliatan seperti tempelan. Hahhaa.
Review Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Haloo pembaca yang arif&budiman.. Gimana kabar kalian? Kali ini saya mau mengulas film yang baru saja saya tonton kemarin. Sebuah film yang diadaptasi dari Novel Buya Hamka. Sebuah film yang akan memorable, menyajikan cerita yang kompleks, apik, bermakna dan mengesankan. Sebuah film Indonesia yang membanggakan dan sangat baik ditonton di penghujung akhir tahun 2013 ini. Film yang akan membuat Mbrebes mili atau maksudnya berlinang air mata kalo kata orang jawa. Ulasan tulisan ini akan SANGAT SPOILER ALERT!! Bagi yang belum menonton. Keputusan di tangan pembaca dan calon penonton, berbijaklah! TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK Poster Film Para Pemeran Utama Zainuddin diperankan oleh Herjunot Ali Hayati diperankan oleh Pevita Pearce Azis diperankan oleh Reza Rahardian Muluk diperankan oleh Randi Nidjiā Alur Cerita Babak I Awal perkenalan dengan Hayati Setting dimulai dari Makassar, seorang anak muda bernama Zainuddin pamit kepada MaāBase di Makassar untuk pergi ke Batipuh, Padang pada tahun 1930. Maksud kedatangan Zainuddin ke Padang adalah untuk mengunjungi tanah kelahiran mendiang ayah nya yang sudah wafat bernama Sutan Muntari. Salah satu tokoh yang dihormati di wilayah tersebut. Selain itu, Zainuddin ingin melihat keelokan, keindahan tanah Minang. Disamping ingin menimba ilmu agama disana sebagai tujuan utamanya. Namun percik konflik mulai terlihat, kala Zainuddin menyadari bahwa identitasnya etnis nya yang ātidak jelasā membuat khawatir akan keberadaan dirinya dan meminta perlindungan di rumah saudara di Batipuh. Lambat laun, Zainuddin muda ini mulai mengenal, belajar dan bergaul dengan teman sebaya disana. Setelah beberapa bulan disana, ia melihat seorang gadis muda cantik yang sedang naik semacam delman sebagai alat transportasi desa pada zaman dahulu. Setelah ditelusuri, diketahuilah bahwa nama gadis tersebut adalah Hayati. Singkat cerita, mereka berkenalan dengan cara yang cukup romantis bagi saya secara pribadi. Lalu, bertukar surat. Benih-benih cinta pun tumbuh. Adegan yang menceritakan jalinan kasih dirasa cukup cepat, sejak awal mula Zainuddin melihat Hayati untuk pertama kalinya. Namun, ketika cinta sudah saling bertautan, konflik pun muncul. Menyoal identitas etnis yang setengah-setengah, Zainuddin menjadi omongan warga, bahkan setelah satu/dua bulan ia dijauhi oleh teman-teman sebayanya, tidak dianggap karena secara adat Zainuddin adalah orang āluarā. Zainuddin adalah keturunan Minang ayah dan Bugis ibu. Pada saat itu lah, Zainuddin pindah ke Padang Panjang. Sebelum itu, Hayati yang mendengar kabar tersebut langsung meminta bertemu di Danau, tempat dimana Zainuddin suka menulis surat untuk Hayati. Disitu mereka membuat janji, untuk bertemu kembali, merajut cinta agar jadi satu, nanti. Adegan ini cukup lama dan dialog yang dibangun sangat indah, backsound lagu Nidji yang berjudul "Sumpah&Cinta Mati ku" juga bagus melatari adegan ini. Setelah pergi ke Padang Panjang, ia tinggal di rumah seorang guru agama. Mulai dari sini, cerita mulai āhidupā. Setelah ada scene yang cukup serius, kita disuguhkan oleh dibuat terpingkal oleh banyolan Muluk, sebagai anak yang bisa dikatakan Badung, nganggur. Lucu deh adegan yang melibatkan dirinya. Dirinya lah yang mengantar dan memperkenalkan Zainuddin menyusuri kota Padang Panjang. Berita gembira pun muncul, ada kabar dari Hayati bahwa dirinya pun ingin pergi berkunjung ke Padang Panjang. Hingga akhirnya kabar gembira tersebut berputar 360 derajat, bagi Zainuddin, bagi Hayati. Hayati saat menonton Pacuan Kuda dengan Azis Scene mulai difokuskan kepada pertemuan Hayati dengan Azis. Azis seorang pekerja sukses yang bekerja di kota Padang. Sering berhura-hura dengan teman Belandanya. Gayanya bisa dibilang cukup Necis untuk seorang dari kalangan atas. Azis terpukau dengan kecantikan Hayati dan menaruh hati padanya. Disini, konflik mulai menjadi petaka, khususnya bagi Hayati. Rencana hati ingin mengunjungi Zainuddin untuk bertemu, melihat pacuan kuda yang bergengsiā bersama. Justru malah diajak oleh Azis dan kolega-kolega nya nonton bersama. Terlihat sekali stratifikasi pakaian yang digunakan. Azis yang dengan modal pas-pasan karena ia miskin pada saat itu, hanya bergaya seadanya justru terkesan alim sekali. Berbeda dengan Azis yang datang menggunakan mobil dan berpakaian bagus, begitu pula Hayati yang telah didandani menjadi sedikit modern. Pada akhirnya, mereka hanya bertatap muka. Scene disini cukup membuat sedih penonton. Konflik yang menjadi malapetaka, khususnya bagi Hayati tidak hanya sekedar tidak dapat betemu dengan Zainuddin saja. Masalah yang kemudian muncul adalah ada upaya Azis yang bergelimang harta, keturunan Minang asli dan Zainuddin sebagai pemuda rantau yang miskin, tidak punya uang sepeser pun, identitas etnis Minang-Bugis yang dipermasalahkan kaum adat Minang untuk melamar nikah Hayati. Alhasil, dilakukan musyawarah para pemuka adat yang dipimpin Datuk dan para Ninik-Mamak lainnya. Scene ini memperlihatkan kuatnya Adat mempengaruhi proses sendi kehidupan sosial individu di Minang. Tentu sudah bisa tertebak, Azis lah yang menang. Pernikahan tersebut menghancurkan kondisi psikologis Hayati yang tidak bisa berbuat apa-apa, tunduk pada adat. Begitupun Zainuddin yang kemudian jatuh sakit oleh kabar tersebut. Kemesraan Azis dan Hayati setelah menikah Kedatangan Hayati yang menjenguk Zainuddin setelah menikah dengan Azis makin memperparah situasi. Saat Hayati datang, Zainuddin seperti orang yang mengigau sambil memegang tangan Hayati, mengajak Hayati menikah, hingga ditengah-tengah kekacauannya menginggau, Zainuddin sadar bahwa tangan perempuan yang sedang dipegangnya adalah tangan yang sudah menikah. Adegan ini membuat para penonton sulit untuk tidak menitikan air mata, bersimpati pada guncangan jiwa Zainuddin. Saat Zainuddin masih melarat dan membaca surat penolakan lamaran Dua bulan lamanya, Zainuddin terbaring di kasur, sakit dan terguncang jiwanya akan kesepian dan kemelaratan. Guncangan jiwanya bukan tanpa sebab dan berlebihan. Sejak kecil, Zainuddin sudah menjadi anak yatim piatu, sendiri, miskin&melarat pula, ditambah kisah cintanya dikhianati oleh perempuan yang justru memberinya janji untuk bertemu kembali, janji untuk mencinta sehidup semati, perempuan yang memberinya harapan untuk menjadi lelaki yang kuat. Namun pada akhirnya, sosok Bang Muluk muncul memberinya harapan, mengisi kekosongan hatinya, menjadi sahabatnya. Bang Muluk memberinya pencerahan untuk Move On. Babak II Awal Perantauan Zainuddin ke Batavia hingga Soerabaja Ditengah-tengah kesedihan yang berkepanjangan, Bang Muluk menjadi sahabat yang mendorong dan menyemangati Zainuddin untuk bisa Move On. Menata kembali hidup yang lebih baik, dan mungkin makna terselubungnya āTake A Revengeā bagi si Hayati yang sudah hidup mewah dengan Azis. Bang Muluk memberi motivasi dengan memuji Zainuddin bahwa dirinya adalah pemuda hebat yang berwawasan luas dan memiliki karya sastra, hikayat yang indah, bahkan layak untuk dikirim ke penerbit. Akhirnya, Zainuddin memutuskan untuk merantau ke Batavia, kebetulan Bang Muluk memiliki kenalan orang penerbit di Batavia. Disini pula, scene yang menunjukan kisah persahabatan seperti dialog Zainuddin-Bang Muluk āsahabat sejati sampai mati!ā Mulai dari sini, nasib mereka berdua berubah. Begitupun nasib Azis dan Hayati. Setibanya mereka Zainuddin&Muluk di Batavia, mulai diperkenalkan lah kata-kata Kapal Van Der Wijck. Yang disebut-sebut kapal pesiar yang mewah buatan Feyenoord. Saat itu pula lah, ada orang dari bagian penerbit yang suka dengan kisah hikayat yang dikarang oleh Zainuddin dan layak diterbitkan di koran sebagai cerita bersambung. Nasib baik pun berpihak pada si anak rantau dan sahabatnya ini, ia ditawari untuk menjadi seorang penulis yang kemudian diberi fasilitas mesin tik, kertas dan ruang. Bang Muluk menjadi sahabat setia yang mengurusi segala hal yang berkaitan dengan Zainuddin. Lambat laun, tulisannya di koran ternyata mempengaruhi banyak orang, hingga cerita hikayatnya dibuat menjadi sebuah buku yang berjudul āTeroesirā. Cerita hikayat tersebut sontak digandrungi&membuat āgalauā khalayak luas. Di Batavia, akhirnya terjadi mobilitas sosial pada diri Zainuddin. Kini, ia menjadi penulis terkenal . Bukunya laku keras, habis terjual. Dibukunya menggunakan nama samaran, āTuan Zhabirā namanya. Sekarang ia mulai membenahi tampilannya tentu atas dorongan dan arahan Bang Muluk dan bisa membeli mobil. Dua tahun kemudian, nasib baik untuk kedua kalinya datang menhampiri si anak rantau yang alim dan baik hatinya itu. Ia ditawari untuk mengurus kantor penerbitan yang terbengkalai di Soerabaja. Maka, kesempatan itu tidak ditolak oleh Zainuddin dan Bang Muluk. Pada tahun 1932, Zainuddin mengelola kantor penerbitan āPoestaka Rakjatā di Soerabaja. Di Soerabaja, Zainuddin membeli Rumahā yang mungkin lebih tepat dikatakan sebagai Istana, karena memang berbentuk seperti istana. Bagaimana dengan kehidupan Hayati-Azis di Padang Panjang? Suram. Kehidupan mereka kian tak ada kebahagiaan. Hayati yang mula menjalani hidup mewah meski kesepian karena ditinggal āngantorā oleh Azis ke Padang. Padahal, yang dilakukan oleh Azis hanyalah main perempuan dan berjudi tanpa sepengetahuan Hayati. Setiap kali pulang ke rumah dan hayati tidak Stand By menyambut kepulangannya, Azis jadi sering bertindak dan berbicara kasar dengan Hayati. Disinilah sosok Azis yang sebenarnya mulai diperkenalkan. Watak kesombongan&kekasarannya mulai menguat. Hal ini ditandai oleh seringnya ia berbicara kepada Hayati,āDasar Kampungan!ā, āKamu cuma seorang gadis kampung!ā. Puncaknya, Azis marah besar karena Hayati sering baca buku āTeroesirā meski keduanya belum tahu bahwa buku tersebut karangan Zainuddin. Tentu hal tersebut sering membuat sedih di hati Hayati. Sangat sedih dan langsung diutarakan kepada Azis. Meski dalam beberapa scene, perecokan rumah tangga mereka sering terjadi setelah itu. Singkat cerita, Azis mengajak Hayati untuk pindah ke Soerabaja karena kabarnya ada kenaikan pangkat jabatan Azis dan disuruh mengurus kantor pula di Soerabaj. Berangkat lah mereka dan setiba disana, ada undangan menonton pertunjukan Opera āTeroesirā. Pada momen ini, setelah sekian lama tak bertemu, mereka bertiga Azis-Hayati dan Zainuddin akhirnya saling bertemu kembali. Dengan nasib yang berbeda. Yang membuat terpingkal adalah ketika dialog Zainuddin menyapa mereka, khususnya Hayati,āHalo Zainuddin, sahabatku, lama kita tak jumpa dan Halo pula āOrang Kayo niābernada menyindir, Hayati ā. Hayati hanya bisa tertunduk malu, merasa tidak enak akan semua yang terjadi diantara mereka. Momen tersebut ternyata digunakan oleh Azis untuk mendekati Zainuddin untuk meminjam uang untuk membayar semua hutang-hutang judi selama ini. Hal ini kemudian menguak satu hal, bahwa kondisi keuangan rumah tangga Azis-Hayati sedang kacau balau. Ditunjukan oleh scene ada sekelompok penagih hutang berlogat jawa datang dan menyita habis barang di rumah mereka. Ternyata uang yang dipinjam dari Zainuddin hanya dibayar sepertiganya saja. Collapse seketika. Saat Zainuddin bertemu dengan Azis dan Hayati di Opera "Teroesir" Pada akhirnya, Azis mengajak Hayati untuk tinggal ke rumah āIstanaā nya Zainuddin. Tentu dengan senang hati Zainuddin menerima, meski sikapnya menjadi dingin kepada Hayati karena masih menyimpan benci dan luka cintanya. Oh iya, Zainuddin melarang siapapun masuk ke ruang kerjanya kecuali Bang Mulukā. Hampir sebulan lamanya menumpang dan tiba-tiba Azis jatuh sakit akibat depresi dan merasa tidak enak kepada Zainuddin. Ketika sudah pulih, Azis meminta maaf kepada Zainuddin bahwa selama ini sudah bersikap semena-mena dan memandang rendah Zainuddin. Sejak saat itu, Azis berupaya insyaf dan berupaya merantau lagi, meski sempat dicegah oleh Zainuddin. Namun keputusan sudah bulat, Azis lebih memilih ingin merantau dan kembali mencai pekerjaan dan memohon kepada Zainuddin agar Hayati bisa tetap tinggal selama ia mencari kerja. Saat berada di kediaman Zainuddin Zainuddin pun akhirnya setuju. Namun ia berpesan kepada Azis,āAku hanya berpesan, Ubahlah Haluan Hidupā. Pesan tersebut sangat bijak dan menyentuh dalam film ini. Babak III Akhir kisah cinta segitiga Azis, Hayati, Zainuddin Hari-hari berlalu setelah Azis pergi mencari pekerjaan, Hayati merasa makin tidak enak dengan Zainuddin, karena sejak kedatangannya saat itu Zainuddin tetap bersikap dingin dan seperti menjauhi Hayati. Curhatan itu diutarakan Hayati kepada Bang Muluk. Hayati pun mempertanyakan kenapa ia tak boleh masuk ke ruang kerja Zainuddin. Bang Muluk pun menceritakan keseluruhannya kepada Hayati, sampai-sampai Hayati pun miris mendengarnya. Hingga pada akhirnya, Bang Muluk memperbolehkan Hayati masuk ke dalam ruang kerja Zainuddin dan Hayati merasa terpukau oleh keindahan di dalamnya. Sampai pada akhirnya Bang Muluk menarik suatu kain yang menutupi sebuah lukisan sangat besar. Lukisan tersebut adalah Hayati. Scene ini cukup membuat merinding. Esok hari, Surat dari Azis pun tiba. Bukannya Kabar baik yang dikirim dengan surat dari Azis setelah lama mencari kerja, ternyata justru kabar buruk yang datang. Surat yang dikirimkan berisi talak perceraian Azis kepada Hayati, Azis meminta agar Zainuddin kembali mencintai dan menerima Hayati. Kabar paling buruknya adalah kabar kematian dari Azis, ia meninggal di sebuah kamar, seperti hotel. Meninggal akibat Overdosis obat. Entah obat seperti apa. Saat Zainuddin dan Hayati menerima surat dari Azis Pada akhirnya, setelah didera berbagai peristiwa pilu, Hayati memberanikan diri untuk menanyakan langsung kepada Zainuddin tentang sikapnya yang berubah drastis kepadanya dan menanyakan apakah cinta bisa terajut kembali setelah semua ini terjadi?. Pada saat ini lah scene dimana Zainuddin meluapkan segala curahan emosinya di depan Hayati. Ada kalimat menarik yang diutarakan oleh Zainuddin kepada Hayati meski saya sedikit lupa akuratnya gimana tapi kurang lebih seperti ini, āSeperti itulah perempuan, lebih bisa mengingat kekejaman yang diakibatkan oleh orang lain kepadanya meskipun sangat kecil, sedangkan kekejamannya sendiri kepada orang lain tidak pernah ia ingat!ā Scene curhatan akumulasi emosinya selama ini sangat menguras emosi penonton, bahkan banyak penonton yang kemudian kembali terisak tangis. Dialog yang dibangun sangat lugas oleh Zainuddin untuk menyampaikan dan menyimpulkan, āSekarang, siapa yang sebenarnya kejam? Bukan aku! Bukan!ā. Lantas, itu tandanya Zainuddin telah menutup pintu hatinya kepada Hayati secara terang-terangan. Zainuddin pun menyarankan Hayati pulang ke kampung halaman, ke Batipuh dengan menggunakan Kapal Van der Wijck. Hayati yang secara kilas peristiwa memang bersalah, tak bisa berbuat banyak untuk meyakinkan hati Zainuddin bahwa hatinya masih mencintai Zainuddin, tidak pernah berubah, gagal. Sia-sia. Lantas, keesokan harinya dengan diantar oleh Bang Muluk ke pelabuhan, tibalah mereka di samping kapal yang megah itu, Kapal Van Der Wijck. Namun, entah kenapa Hayati memiliki firasat buruk, ia berucap ke Bang Muluk,āBang, apa gerangan ini, serasa kaki tak mau menaiki kapal yang karamnya seperti akan tenggelam. Serasa kaki ini diam, lebih nyaman menapak di pijak bumiā. Namun, pada akhirnya tak ada pilihan lain, naik lah ia ke kapal. Sebelum benar-benar pergi, Hayati memberikan secarik kertas kepada Bang Muluk yang isinya kesungguhan , keteguhan dan konsistensi hatinya selama ini kepada Zainuddin. Hidupnya dicurahkan, mati pun ingin bersama Zainuddin. Namun, takdir berkata lain. Firasat buruk Hayati terjadi. Kapal mengalami kendala di tengah-tengah perjalanan. Kapal pun karam, korban berjatuhan ke laut. Begitupun Hayati, harapannya, impiannya, cita-citanya, cintanya, kenangannya.. tenggelam bersama Kapal Van Der Wijck. Takdir akhir memberi menit-menit terakhir, mempertemukan kembali janjiā kepada sang kekasih. Ia selamat. Namun sekarat. Zainuddin dan Bang Muluk yang mengetahui kabar itu, bergegas naik mobil seharian untuk melihat keadaan Hayati. Saat Hayati tenggelam ke laut Setibanya di rumah sakit, dokter tidak bisa menolong banyak kepada Hayati karena peralatan yang tidak memadai. Adegan Scene terakhir ini akan membuat klimaks film ini menjadi kembali sangat menguras emosi. Di ambang kematiannya, Hayati lega, senang bisa bertemu untuk terakhir kalinya dengan Zainuddin. Orang yang sangat dicintainya, hidup dan matinya pun ingin terus bersamanya. Hayati minta dibacakan dua kalimat syahadat oleh Zainuddin. Sambil menangis, Zainuddin menuruti permintaan Hayati. Dituntunnya berkali-kali Hayati untuk membaca dua kalimat syahadat. Hingga pada akhirnya, Hayati menutup mata untuk selamanya. Di akhir cerita, Scene diganti menjadi kepedihan yang mendalam dengan membacakan ayat suci Al-Quran di kuburan Hayati pada beberapa waktu. Menuju akhir film, Zainuddin kemudian terlihat sangat sibuk mengetik di mesin tik, menulis seharian, lembar per lembar. Hingga menjadi satu naskah tulisan. Selain itu, kabar baiknya, Bang Muluk yang tadinya bermental preman pasar, sekarang sudah menjadi lelaki sejati dengan melamar seorang wanita bernama⦠Lupa sih, kalo ga salah sih Ida deh. Dan kembali menyatakan bahwa mereka adalah sahabat sejati, sampai mati. Oh iya, Rumah istanaā di Soerabaja itu dijadikan Panti Yatim Piatu bernama āPanti Yatim Piatu Hayatiā. Scene yang mengakhiri film ini adalah ketika dialog Bang Muluk menyuruh Zainuddin menyudahi kesedihan dan menerima kenyataan bahwa Hayati sudah meninggal. Namun, ternyata kata-kata Zainuddin membuat Bang Muluk tercengang, āTidak. Hayati tidak mati. Ia tetap hidup⦠Hidup dalam buku ini, buku baru ku⦠āTenggelamnya Kapal Van Der Wijckā. SELESAI Analisis Film - Kelebihan Latar suasana petang menuju malam di tanah Minang, kelamnya suasana yang ditawarkan di istanaā Zainuddin, warna-warna gelap jsutru cukup memanjakan mata. Sangat enak untuk dilihat. Pengambilan gambar yang apik juga menambah nyaman menontonnya. Lalu, yang saya acungi jempol adalah kompleksitas ceritanya. Bisa dikatakan āpadatā. Sehingga kita benar-benar harus fokus menontonnya. Ini memang dramatis sekali, namun ceritanya tidak sederhana. Hukum Adat daerah, kemiskinan, harapan&cita-cita menjadi substansi yang reflektif bagi kehidupan sosial pada zamannya. Dimana Adat masih menjadi fakta sosial yang mempengaruhi sendi-sendi kehidupan sosial masyarakatnya. Bahkan hingga cinta sekalipun. Saya acungi juga kepada ketiga aktor dan aktris yang sangat apik memerankan orang Minang asli. Khususnya kepada Herjunot Ali yang sangat apik membawakan tokoh Zainuddin. Dari perwatakan, konsistesi logat, dan mimik mukanya kala senang, sedih, benci. Cukup sempurna. Reza Rahardian pun demikian, membawakan tokoh Azis yang arogan dengan apik. Begitupun Pevita, menjadi gadis desa yang patuh adat saya rasa sulit untuk bisa memerankannya. Namun, lirihan-lirihan, lemah-lembut, keindahan dialog yang dibawakan bagai syair. Meski ada kekurangannya juga, dibahas dibawah ini. Muluk pun dengan baiknya diperankan oleh Randi 'Nidji'. Kekonyolannya, kesetiakawanannya yang 'jujur' dan tulus menambah film menjadi sangat menarik, menjadi lengkap. - Kekurangan Tentu karya sebagus apapun tetaplah memiliki kekurangan, tiada sesuatu yang sempurna kan? Hanya ada dua poin yang menurut saya sebagai penonton yang kiranya ada beberapa hal yang agak mengganggu. Pertama adalah penokohan Hayati oleh Pevita, mungkin kurang bisa menggambarkan gadis desa yang utuh. Terlalu cantik mungkin ya, he he. Selain itu logat minang yang mulai berkurang menjelang akhir film ketimbang di awal film. Atau mungkin sengaja dibuat demikian karena memang pengaruh lingkungan selama menikah dengan Azis ya.. Poin kedua adalah sangat disayangkan justru Kapal Van Der Wijck tidak terekspose dengan berlebih. Penyebab kejatuhannya pun saya rasa cukup Absurd dan kurang menjelaskan mengapa tragedi tenggelamnya kapal itu terjadi, tiba-tiba sudah ada korban berjatuhan saja. Meskipun dramatisasi jatuhnya korban ke laut cukup membuat miris dan merinding. Sedikit kurangnya teringat adegan di Titanic. Hanya sedikit disayangkan saja, alasan tenggelamnya kurang dijelaskan, semisal menabrak karang atau badai atau apapun itu. Kesimpulan Well, itulah yang bisa saya jabarkan dalam tulisan saya ini. Mohon maaf apabila terlalu panjang resensinya. Dibalik kelebihan dan kekurangannya, filmyang berdurasi sekitar 2 jam 45 menit ini secara overall sangat baik untuk ditonton, di akhir tahun 2013 pula. Jujur saya belum pernah membaca sama sekali Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck sehingga saya belum maksimal untuk bisa membandingkannya dengan cerita aslinya. Tapi saya yakin, film ini sudah mengadaptasi ceritanya sebaik mungkin. Saya akan cari secepatnya novel karangan Buya Hamka yang sangat bagus ini. Mungkin sudah saatnya pula, kita mencintai karya sastra Indonesia klasik yang ternyata memiliki kemahsyuran dan keantikan juga keberagaman cerita yang bagus untuk diambil pesan moralnya. Tidak jadi soal mau nonton sendiri, berdua dengan teman/kekasih, dengan keluarga. Intinya, film ini sangat layak untuk ditonton. Pesan yang dapat dipetik - Setiap masyarakat Indonesia kiranya perlu mulai kembali membaca sastra klasik, tidak hanya karya Buya Hamka, namun banyak tokoh lain, seperti Mochtar Lubis, Pramoedya Ananta Toer, Marah Rusli, dll. Keindahan dan Kemahsyuran sastra tidak perlu diragukan lagi. Tidak seperti penulis kekinian bisa dimaklumi karena tantangan permasalahan yang dihadapi berbeda, bukan berarti tidak ada yang bagus. - Motivasi Eksternal dalam bentuk apapun tidak akan pernah menjanjikan mendorong seseorang keluar dari masalah nya. Kecuali Motivasi Intrinsik, yakni Motivasi dari dalam diri sendiri. Kita bisa belajar dari karakter tokoh Zainuddin yang mencoba Move On dari kegalauan akan cinta, kemiskinan, segala bentuk esklusi sosial, dan kesepiannya. - Cinta selalu datang dari hati. Cinta tak bisa tersekat adat. Sekalipun terlihat gagal, salah jalan, dan di ujung mati, cinta akan tetap bertemu lewat perantara hati. Ia tidak pernah ingkar janji. Selalu tahu kemana hati berlabuh, Takdir yang menuntun. - Film Indonesia kekinian, makin JAYA! Congratulations⦠Quote Buya Hamka Cover Novel Asli Silahkan berkomentar dan jika ingin mengcopy review film ini, tolong sertakan alamat blog ini. TerimaKasih Semoga Bermanfaat !
Thefilm adaptation of Tenggelamnya Kapal van der Wijck was released in theaters on 19 December 2013. The film starred Herjunot Ali as Zainuddin, Pevita Pearce as Hayati, and Reza Rahadian as Aziz. The film was produced by Soraya Intercine Films, written by Donny Dhirgantoro and Imam Tantowi, and directed by Sunil Soraya. The film was the
"Cinta bukan melemahkan hati atau memutus pengharapan tetapi cinta memberikan kekuatan hati dan menumbuhkan pengharapan." Letās be honest. Saat pertama kali saya mendengar gagasan diangkatnya sastra klasik Indonesia, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, hasil buah karya sastrawan mahsyur Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau Hamka ke layar lebar oleh rumah produksi penelur Eiffel Iām in Love, Soraya Intercine Films, rasa skeptis dalam diri membumbung begitu tinggi. Ketakutan pula keraguan ini bukannya tanpa alasan, masih segar dalam ingatan bagaimana kejinya MD Pictures dalam menodai kesucian Di Bawah Lindungan Kaābah tempo hari. Dengan deretan pemain utama yang belum pula teruji kehebatannya ā pengecualian untuk Reza Rahadian, tentu saja ā maka saya pun kudu menekan ekspektasi hingga ke titik terendah kala menguji cita rasa dari versi film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Dengan tiada sedikit pun pengharapan untuk film, secara mengejutkan, saya justru terlena kala menyaksikannya. Saya sama sekali tidak menduga akan mengacungkan jempol kepada Sunil Soraya atas upayanya dalam mengejawantahkan karya Hamka ke bahasa gambar dengan begitu memikat hati, terlebih setelah dalam beberapa bulan terakhir tak henti-hentinya saya mencibir. Sekalipun berhiaskan judul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Anda jangan keburu membubuhkan harapan ini akan menjadi film roman akbar selayaknya Titanic. Jangan pula berharap ini akan menjadi semacam The Great Gatsby dengan visual yang meriah memanjakan mata ā menilai dari trailer yang sedikit banyak mirip. Sebagai sebuah kisah percintaan klasik, tatanan penceritaan pun tak jauh-jauh dari hubungan asmara terlarang dari dua muda mudi yang disebabkan oleh berbagai perbedaan; semacam Romeo & Juliet atau Sitti Nurbaya, dalam versi lokal. Dalam Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, jalinan asmara yang mengaitkan Zainuddin Herjunot Ali dan Hayati Pevita Pearce menghadapi jalan buntu lantaran terbentur oleh perbedaan adat dan latar belakang sosial. Nyaris mustahil dua anak manusia ini dipertautkan tali pernikahan, terlebih di tengah-tengah usaha Zainuddin memerjuangkan kehidupan asmaranya, muncul seorang pemuda kaya berdarah Minang, Aziz Reza Rahadian, yang turut meramaikan bursa dengan meminang Hayati. Yang pertama terlontar dari mulut usai melahap Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck di layar lebar adalah amboi... betapa eloknya film ini!ā. Sunil Soraya yang sebelumnya mengomandoi Apa Artinya Cinta? berhasil membungkam siapapun yang memertanyakan kapabilitasnya dalam mengkreasi ulang karya sastra penting di Indonesia buah karya Hamka ini ke medium layar lebar. Si pembuat film tak sekadar membuat penonton berlinangan air mata secara beramai-ramai akibat jalinan kisah yang mengharu biru serta mengoyak emosi, tetapi juga menyuarakan kembali kritikan sosial, sentilan sentilun, dan pesan bernada reliji dari Hamka yang termasuk dalam poin penting di dalam novel. Inilah yang lantas menjadikan film menjadi kaya pula padat berisi karena tak melulu berujar soal cinta terlarang, namun juga berbincang perihal kondisi sosial, adat dan tradisi di sekitar ā dalam hal ini, Minang ā yang tersampaikan dengan begitu mengena. Segala puja puji pun patut pula dihaturkan untuk jajaran pemainnya yang mampu berlakon dengan cemerlang. Reza Rahadian seolah tiada menghadapi orangtan berarti kala memerankan sang antagonis yang meredam kebahagiaan Zainuddin dan Hayati. Hanya melalui kehadirannya, nada bicaranya yang menyengat tanpa perlu meletup letup berlebihan, dan sorot mata yang tajam, Aziz terlihat begitu mengintimidasi. Herjunot Ali ā yang pada awalnya cenderung disepelekan ā memberi performa terbaik dalam karir keaktorannya. Adegan peluapan rasa sakit hati yang menahun dideranya serta perpisahan dengan sang pujaan hati di penghujung film disalurkannya dengan begitu emosional, menyayat hati, dan meyakinkan. Pevita Pearce sebagai Hayati yang lemah tak berdaya dengan pesona kecantikan yang begitu susah untuk ditampik memberi chemistry yang lekat bersama Herjunot dan Reza. Lalu, ada pula kejutan dari Randy, keyboardist Nidji, yang tak dinyana-nyana mampu berolah peran dengan memukau sebagai Muluk, sahabat sejati Zainuddin. Membawakannya secara natural tanpa berlebih-lebihan, Randy dengan mudah mencuri perhatian terlebih tokoh yang dibawakannya sungguh bijak pula humoris. Pun demikian, meski Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck berhasil merebut hati saya dengan mudahnya, bukan berarti tiada yang mengganggu rasa nyaman kala menontonnya. Dalam catatan saya, setidaknya rasa tak nyaman itu bersumber dari pemilihan warna biru untuk Batipuh yang tak sedap untuk dipandang oleh mata, efek visual yang kerapkali masih tampak kasar, dan tembang-tembang dari Nidji yang sekalipun menimbulkan rasa candu namun kemunculan yang kelewat sering tak jarang pula, bukan pada tempatnya terkadang mengganggu. Keputusan untuk tak berlama-lama dengan adegan di atas kapal ā termasuk menciptakan ketegangan ā pun cukup disayangkan, apalagi mengingat bahwa Soraya telah susah payah membangun set kapal. Hanya selewat, tak meninggalkan kesan. Untungnya, ini hanya berada di barisan minor yang tak berpengaruh signifikan kepada kualitas film secara menyeluruh. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck masih mampu berdiri tegak gagah perkasa berkat kekuatan dari jalinan kisahnya yang terangkai dengan begitu indah, menggugah emosi serta mengharu biru, lakon-lakon yang cantik dari departemen akting, lalu ini pun masih dipadukan dengan sinematografi yang aduhai dan tata produksi yang terbilang megah mewah untuk ukuran film Indonesia. Sungguh mengesankan. Outstanding
MisteriNama Marlena yang Dikaitkan dengan Tenggelamnya Kapal Van der Wijck . Eksplorasi pencarian bangkai Kapal Van der Wijck di perairan pantura dihentikan sementara. Eksplorasi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim itu terkendala cuaca. Selengkapnya
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck2 jam 43 menit2013Drama13+ Zainuddin left his first love Hayati since their status is different and canāt be together. Yet later met her again in an opera show.
Ketikafilm menceritakan lokasi di Padang Panjang, warna layar sekarang lebih hangat. Dengan ketajaman gambar yg fantastis. Baguuus banget. Semacam obat mata yg tadi silau. Yg biru tadi rasanya dingin dan silau, yg sekarang (kuning emas agak-agak sephia) rasanya hangat dan menyehatkan.
Tenggelamnya Kapal van der Wijck merupakan film Indonesia yang rilis pada tahun 2013, diproduksi oleh Ram Soraya, dan disutradarai oleh Sunil Soraya. Film ini diadaptasi dari novel legendaris milik Buya Hamka yang terbit pada tahun 1938. Film yang mengambil latar pada masa Indonesia masih dijajah Belanda ini dimainkan oleh beberapa aktor berbakat, seperti Herjunot Ali Zainuddin, Pevita Pearce Hayati, dan Reza Rahadian Aziz. Film Tenggelamnya Kapan Van der Wicjk berkisah tentang Zainuddin yang pindah dari Makassar ke Batipuh untuk menuntut ilmu. Di desa Batipuh, ia langsung jatuh cinta terhadap Hayati yang merupakan kemenakan dari ketua suku Minangkabau. Kata paman Zainuddin, sang ketua suku Minangkabau tidak memperbolehkan pemuda Batipuh untuk menjadi suami Hayati. Namun, penjelasan tersebut tak mematahkan keingintahuan Zainuddin terhadap Hayati. Sepulang mengaji dari surau, Zainuddin meminjamkan payung kepada Hayati yang tengah berteduh di sebuah warung bersama seorang teman perempuan. Sejak saat itu, Zainuddin dan Hayati saling berkirim surat yang membuat mereka menjadi dekat. Warga yang melihat jika Zainuddin dan Hayati sering bertemu pun mengadukan hal tersebut kepada sang ketua suku, yang menyebabkan Hayati diminta untuk menjauhi Zainuddin, sedangkan Zainuddin sendiri diusir dari tanah Batipuh. Tak hanya itu saja, Hayati juga dijodohkan dengan Aziz, seorang padagang kaya raya dari kota Padang Panjang yang membuat Zainuddin dilanda keterpurukan selama berbulan-bulan karena Hayati telah mengingkari janji mereka. Tak ingin dilanda kesedihan terus-menerus, Zainuddin memutuskan untuk merantu ke Surabaya bersama Muluk. Di sana, ia menjadi seorang penulis yang sukses. Namun, tak lama kemudian sosok Hayati dan Aziz kembali muncul di kehidupan Zainuddin yang mengingatkannya akan luka lama. Ulasan Film Tenggelamnya Kapal van der Wijck adalah salah satu film bergenre Roman Indonesia yang sangat menguras emosi, ditambah akting para pemainnya yang sangat mengagumkan. Alur film ini juga sangat menarik serta suasana yang diperlihatkan pada film ini benar-benar seperti saat Indonesia masih dijajah oleh kolonial Belanda. Namun sayangnya, alur film ini bisa dibilang lambat. Dialog para tokohnya juga menggunakan bahasa Minang sehingga bagi penonton yang tidak mengerti bahasa Minang harus menyimak terjemahannya, membuat kefokusan para penonton sedikit terbagi. Akan tetapi, penulis tetap merekomendasikan film ini untuk ditonton bagi penikmat film bergenre roman Indonesia karena film ini tidak hanya berkisah mengenai cinta, tetapi juga tentang perjuangan hidup seseorang, yakni Zainuddin.
Berikutini lirik lagu Sumpah dan Cinta Matiku - Nidji, Soundtrack film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck yang viral di TikTok. Jumat, 5 Agustus 2022 10:48 WIB. Editor: Mega Satriani Purwaningtyas. lihat foto. Review acer Nitro 5 (AN515-57), Murah Punya Prosesor Core i9 & Layar QHD.
Synopsis When a young man leaves home to fulfill the wishes of his late father, he meets and falls in love with a woman from a very different background. Cast Crew Details Genres Releases Cast Director Producer Writer Original Writer Studio Country Language Alternative Title The Sinking of Van Der Wijck 2013 Genres Theatrical 19 Dec 2013 Indonesia Indonesia Popular reviews More Well, that ship did sink in the end. sebelum berangkat nonton film ini kebanyakan minum, trs pas film nya mau mulai aku ga pipis dulu dan pas awal sampe pertengahan ga kebelet tapi pas kapalnya mau tenggelem kebelet banget tapi nahan sampe kringet dingin, pusing banget trs aku minta temen aku untuk nemenin ke kamar mandi dia nolak dong.. Soalnya kapalnya mau tenggelem. Yaudah akhirnya aku tahan trs mana durasi film nya lama banget ajg sampe ga kuat dan akhirnya keluarlah. Malu banget sumpah nonton ini kalo g salah kelas 3/4/5 sd waktu itu pake celana jeans warna gelep jd ga begitu keliatan. Pas keluar bioskop di tanya temen ku ga jadi ke kamar mandi? Aku jawab ga dan akhirnya lgsng masuk mobil. Untung waktu itu nonton nya jam terakhir malem banget. Dan sampe sekarang temen temen aku ga tau tentang tragedi ini LOL. Maaf banget ya mba/mas petugas bioskop ššš. Masih kecil banget nonton udah sering nonton sendiri sm temen temen... Zainuddin yang diperankan oleh Herjunot Ali itu sebenarnya beraksen apa? Padang? Makassar? Atau Italia?Color gradingnya, ya ampun, ada satu scene yang saya pikir sekampung kena Hepatitis C semua. Ada pula scene yang saya kira di kampung halaman The Smurfs Surat Hayati yang dibaca di akhir sama adegan Hayati di rumah sakit yang di akhir⦠āZainuddin, kekasihku. Zainuddin, kekasihku. Zainuddin, kekasihku.ā Fuck mati aja aku sedih banget itu sambil dibacain 2 kalimat syahadat sampe 3 kališ harusnya ini judulnya ganti aja jadi 'mengejar gebetan' karena kapalnya tenggelem cuma 2 menit???????? padahal pantat udah panas nungguin kapalnya terbalik Dulu nonton ini sedih banget wkwk nonton lagi jadi gimana gitu Beberapa gambar ngelihatnya kayak film The Great Gatsby. Tapi suka sama film ini walaupun Hayati gak setia, dia milih yang lebih kaya, dan ternyata menyesal, karena Zainudin ujung-ujungnya jadi orang kaya juga šššš Ini bukan hanya kisah romansa, kisah cinta dan tragedi biasa. Menurutku kisah ini mengajarkan kita bagaimana cara memaknai hidup. Karena cerita tersebut sangat logis, dan seringkali dialami juga oleh sebagian manusia. Yaitu tentang bagaimana Tuhan menghadirkan cinta pada dua anak manusia yang saling mengasihi dengan tulus dan berjalan lurus, namun karena situasi dan kondisi sosial budaya adat istiadat, dan juga banyak faktor lainnya yang sangat kuat mempengaruhi jalannya cinta suci tersebut. Hingga manusia dihadapkan pada pilihannya masing-masing, apakah akan meneruskan cinta tersebut, menguburkan, melupakan atau bahkan membunuhnya. Ceritanya sangat bertele-tele tapi mungkin terbantu oleh cinematography nya yg cukup bagus untuk film Indonesia. This is one of the very good Indonesian films, the love story of 2 human beings who must be separated because of wealth, different degrees of customs. A very tragic love story. Pathetic. Herjunot Ali's acting in this film shows totality. "demikianlah perempuan, ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil, dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya."a powerful words by zainuddin to hayati. i can feel his emotion that he hide all these times. i know he still love her in this scene, but anger controls him. i can't imagine if someone i deeply love broke the promise and married to other person, and come back ask for forgiving. i'd alsp do the same just like what zainuddin did to hayati. remember, words cut deeper than a zainuddin motivates me to turn the pain, the hate into power. he proves to all those people that he success, he's in the top, and proves the "luka pun ada sembuhnya". besides the powerful lines, the musics help the movie. "cintakan selalu abadi, walau takdir tak pasti kau selalu di hati, cinta matiku." š¤
. k7x5btkufe.pages.dev/137k7x5btkufe.pages.dev/240k7x5btkufe.pages.dev/873k7x5btkufe.pages.dev/455k7x5btkufe.pages.dev/488k7x5btkufe.pages.dev/488k7x5btkufe.pages.dev/313k7x5btkufe.pages.dev/423k7x5btkufe.pages.dev/855k7x5btkufe.pages.dev/851k7x5btkufe.pages.dev/127k7x5btkufe.pages.dev/848k7x5btkufe.pages.dev/130k7x5btkufe.pages.dev/984k7x5btkufe.pages.dev/929
review film tenggelamnya kapal van der wijck